Tiket Slot Paling Baru Di Dunia Ini Adalah Apa

Kelebihan Altcoin: Inovasi dan Beragam Pilihan

Altcoin dianggap sebagai “versi yang lebih baik” dari aset kripto asalnya karena mereka bertujuan untuk mengatasi kekurangan yang dirasakan.

Altcoin yang menawarkan lebih banyak kegunaan cenderung memiliki peluang lebih baik untuk bertahan, seperti ether di jaringan Ethereum yang memiliki fungsi nyata.

Kelebihan lainnya adalah investor dapat memilih dari berbagai macam altcoin yang memiliki fungsi berbeda dalam ekonomi kripto.

Kelebihan dan Kekurangan Investasi Altcoin

Perlu diketahui bahwa salah satu kelebihan utama berinvestasi di altcoin bagi para investor adalah peluang untuk diversifikasi portofolio.

Altcoin menawarkan berbagai pilihan dengan fungsi dan teknologi yang berbeda, yang memungkinkan investor menyebarkan risiko mereka di berbagai proyek kripto.

Selain itu, banyak altcoin memiliki biaya masuk yang lebih rendah dibandingkan Bitcoin, yang menjadikannya alternatif yang menarik bagi investor yang ingin berpartisipasi di pasar mata uang kripto tanpa mengeluarkan modal besar.

Namun, ada juga beberapa kekurangan yang perlu diperhatikan. Volatilitas altcoin cenderung lebih tinggi daripada Bitcoin, yang dapat menyebabkan fluktuasi harga yang ekstrem dalam waktu singkat.

Bukan itu saja, sulitnya menentukan altcoin mana yang memiliki kasus penggunaan yang sukses di pasar menjadi tantangan tersendiri bagi investor.

Banyak altcoin tidak memiliki utilitas yang jelas atau dukungan jangka panjang, yang membuat risiko kehilangan nilai lebih tinggi. Sejumlah altcoin bahkan mungkin tidak bertahan lama, membuat investor rentan terhadap kerugian.

Nah, itulah tadi pembahasan menarik tentang pengertian Altcoin, mulai dari sejarah, kelebihan hingga kekurangannya yang dapat kamu baca selengkapnya di artikel Akademi crypto di Indodax Academy.

Altcoin adalah mata uang kripto selain Bitcoin, dan kadang-kadang termasuk Ethereum. Altcoin mencakup ribuan token yang dirancang untuk tujuan berbeda.

Banyak altcoin dibuat sebagai solusi untuk keterbatasan Bitcoin, dengan menawarkan kecepatan transaksi lebih cepat, biaya lebih rendah, atau fitur baru seperti smart contract.

Altcoin populer meliputi stablecoin seperti USDT, token utilitas seperti Ether, dan token meme seperti Dogecoin.

Ya, pasar altcoin cenderung lebih volatil dan memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan Bitcoin karena likuiditas yang lebih rendah dan banyaknya proyek yang gagal.

Hanya altcoin yang memiliki utilitas jelas dan dukungan kuat yang kemungkinan akan bertahan di masa depan. Banyak altcoin lain mungkin menghilang dari pasar.

Yuk, beri rating untuk berterima kasih pada penjawab soal!

TRIBUNLOMBOK.COM - Pesta sepakbola sejagat raya Piala Dunia 2022 akan dihelat di Qatar mulai Senin (21/11/2022), awal pekan depan.

Bagi yang ingin datang menonton langsung ke Qatar bisa membeli tiket Piala Dunia 2022 dengan harga bervariasi.

Penonton bisa membeli tiket sesuai kategori selama sebulan ke depan. Pertandingan akan digelar hingga 18 Desember 2022.

Harga tiket Piala Dunia 2022 termurah sebesar Rp160 Ribu dan yang paling mahal Rp24 juta.

Baru-baru ini FIFA menjual tiket Piala Dunia 2022 untuk semua pertandingan sejak 4 Juli 2022.

Baca juga: Timnas Polandia Dikawal 2 Jet Tempur saat Terbang ke Qatar untuk Piala Dunia 2022

Berikut harga tiket Piala Dunia 2022 dikutip dari laman fifa.com, dari laga pembuka hingga final:

Laga pembuka (Senegal vs Belanda)

Kategori 1: Rp9,2 juta

Kategori 2: Rp6,5 juta

Kategori 3: Rp4,5 juta

Kategori 4: Rp800 ribu

Kategori 1: Rp3,3 juta

Kategori 2: Rp2,4 juta

TRIBUNJATENG.COM, DOHA --  Perhelatan akbar Piala Dunia 2022 akan segera digelar di Qatar mulai Senin (21/11/2022) pekan depan hingga 18 Desember 2022 mendatang.

Berapa harga tiket Piala Dunia 2022 tersebut, disebutkan harga termurah adalah sebesar Rp160 Ribu dan yang paling mahal sendiri adalah Rp24 juta rupiah.

Baru-baru ini FIFA sudah menjual tiket Piala Dunia 2022 untuk semua pertandingan, sejak 4 Juli 2022.

Dikutip dari laman fifa.com, berikut ini harga tiket Piala Dunia 2022, dari laga pembuka hingga final:

Laga pembuka (Senegal vs Belanda)

Kategori 1: Rp9,2 juta

Kategori 2: Rp6,5 juta

Kategori 3: Rp4,5 juta

Kategori 4: Rp800 ribu

Kategori 1: Rp3,3 juta

Kategori 2: Rp2,4 juta

Kategori 4: Rp160 ribu

Jenis-jenis Altcoin Berdasarkan Fungsi dan Kegunaannya

Adapun berdasarkan fungsi dan kegunaannya, berikut ini adalah jenis-jenis altcoin yang perlu diketahui.

Sesuai dengan namanya, token pembayaran dirancang untuk digunakan sebagai mata uang—untuk menukar nilai antara pihak-pihak yang bertransaksi. Contoh utama dari token pembayaran ini adalah Bitcoin.

Sejak awal diluncurkan, perdagangan dan penggunaan aset kripto ditandai dengan volatilitas tinggi. Tujuan stablecoin adalah guna mengurangi volatilitas tersebut dengan mengaitkan nilainya dengan aset lain.

Hal itu dilakukan dengan memegang aset cadangan. Beberapa aset yang dipegang oleh pencipta stablecoin adalah mata uang fiat, logam mulia, atau aset investasi. Fluktuasi harga stablecoin biasanya berada dalam rentang yang sangat sempit.

Stablecoin yang terkenal hingga saat ini meliputi USDT dari Tether, DAI dari MakerDAO, dan USD Coin (USDC).

Pada Maret 2021, raksasa pemrosesan pembayaran Visa Inc. mengumumkan bahwa mereka akan mulai menyelesaikan beberapa transaksi di jaringannya menggunakan USDC di atas blockchain Ethereum, dengan rencana untuk memperluas solusi penyelesaian tersebut.

Token sekuritas adalah token yang mewakili upaya penggalangan dana atau kepemilikan. Token ini juga bisa mewakili aset yang telah di-tokenisasi. Tokenisasi adalah proses mengalihkan nilai dari suatu aset ke token.

Aset apa pun bisa di-tokenisasi, seperti properti atau saham. Agar proses ini berhasil, aset tersebut harus dijamin dan disimpan dengan transparan. Jika tidak maka token tersebut tidak akan bernilai karena tidak merepresentasikan apa pun.

Token sekuritas diatur oleh Securities and Exchange Commission (SEC) karena dirancang untuk berfungsi seperti sekuritas.

Pada tahun 2021, perusahaan dompet Bitcoin Exodus berhasil menyelesaikan penawaran token Reg A+ yang disahkan oleh Securities and Exchange Commission, memungkinkan $75.000.000 saham biasa diubah menjadi token di atas blockchain Algorand.

Momen bersejarah ini menandai peluncuran sekuritas digital pertama yang menawarkan ekuitas di perusahaan penerbit berbasis di Amerika Serikat.

Token utilitas digunakan untuk menyediakan layanan di dalam jaringan. Misalnya, token ini bisa digunakan untuk membeli layanan, membayar biaya jaringan, atau menukarkan hadiah.

Filecoin, yang berfungsi untuk membeli ruang penyimpanan di jaringan terdesentralisasi dan menjaga keamanan data, merupakan contoh token utilitas. Ether (ETH) juga merupakan token utilitas.

Ether dirancang untuk digunakan dalam blockchain Ethereum dan mesin virtualnya untuk membayar transaksi.

Stablecoin USTerra sebelumnya menggunakan token utilitas untuk mencoba mempertahankan nilai yang terkait dengan dolar—yang hilang pada 11 Mei 2022—dengan mencetak dan membakar dua token utilitas untuk menciptakan tekanan harga naik atau turun.

Token utilitas dapat dibeli di bursa dan disimpan, tetapi token ini dirancang untuk digunakan dalam jaringan blockchain agar tetap berfungsi.

Sesuai namanya, meme coin atau koin meme terinspirasi dari lelucon atau sindiran terhadap aset kripto terkenal lainnya.

Meme coin biasanya dengan cepat mendapatkan popularitas, sering kali dipromosikan oleh influencer atau investor terkenal yang mencoba memanfaatkan keuntungan jangka pendek.

Banyak yang mengacu pada lonjakan tajam altcoin jenis ini selama April dan Mei 2021 sebagai “musim meme coin”, ketika ratusan aset kripto ini mengalami lonjakan persentase besar berdasarkan spekulasi semata.

Apa Itu Altcoin? Apa Perbedaannya dengan Bitcoin?

“Altcoin” merupakan gabungan dari 2 kata, yaitu “alternative” dan “coin”. Istilah ini umumnya mencakup semua aset kripto dan token yang bukan Bitcoin.

Altcoin terkait dengan blockchain di mana mereka secara khusus dirancang. Banyak di antaranya merupakan hasil fork—menciptakan blockchain dari rantai lain—dari Bitcoin dan Ethereum.

Fork ini umumnya terjadi karena berbagai alasan. Sering kali, sekelompok pengembang memiliki pendapat yang berbeda dari kelompok lainnya dan memutuskan untuk menciptakan koin mereka sendiri.

Banyak altcoin digunakan dalam blockchain masing-masing untuk tujuan tertentu, seperti ether yang digunakan di Ethereum untuk membayar biaya transaksi.

Beberapa pengembang telah membuat fork dari Bitcoin dan muncul kembali sebagai upaya untuk bersaing dengannya sebagai metode pembayaran, seperti fork yang menciptakan Bitcoin Cash.

Kekurangan Altcoin: Likuiditas Rendah dan Risiko Tinggi

Terkait kekurangannya, altcoin memiliki pasar investasi yang lebih kecil dibandingkan dengan Bitcoin. Sejak tahun 2016, Bitcoin umumnya tetap berada di atas 40% dari total pasar aset kripto global.

Pasar altcoin biasanya didominasi oleh lebih sedikit investor dan aktivitas perdagangan yang rendah, sehingga mengakibatkan likuiditas yang terbatas.

Di samping itu, tidak selalu mudah untuk membedakan antara altcoin yang berbeda dan kasus penggunaan masing-masing sehingga membuat keputusan investasi menjadi lebih rumit dan membingungkan.

Kekurangan lainnya adalah beberapa altcoin yang “mati” akhirnya membuat para investor kehilangan uang mereka.

Sejarah dan Perkembangannya di Dunia Kripto

Altcoin berusaha untuk memperbaiki keterbatasan yang dirasakan dari aset kripto dan blockchain asalnya atau pesaingnya. Altcoin pertama adalah Litecoin, yang di-fork dari blockchain Bitcoin pada tahun 2011.

Litecoin menggunakan mekanisme konsensus proof-of-work (PoW) yang berbeda dari Bitcoin, yang disebut Scrypt (dibaca ess-crypt), yang lebih hemat energi dan lebih cepat dibandingkan dengan mekanisme PoW SHA-256 milik Bitcoin.

Ether adalah altcoin lainnya. Namun, ether tidak di-fork dari Bitcoin. Ether dirancang oleh Vitalik Buterin, Dr. Gavin Wood, dan sejumlah orang lainnya untuk dipakai dalam Ethereum, mesin virtual berbasis blockchain terbesar di dunia.

Ether (ETH) berfungsi sebagai alat pembayaran bagi anggota jaringan yang melakukan validasi transaksi dengan mesin mereka.  Ether juga digunakan sebagai jaminan (staking) untuk mendapatkan hak menjadi validator dan pengusul blok.

Bagaimanakah Masa Depan Altcoin?

Diskusi tentang masa depan altcoin dan aset kripto memiliki kesamaan sejarah dengan situasi yang menyebabkan penerbitan dolar oleh pemerintah federal pada abad ke-19.

Berbagai bentuk mata uang lokal beredar di Amerika Serikat pada saat itu, masing-masing memiliki karakteristik unik dan didukung oleh instrumen yang berbeda. Bank-bank lokal juga menerbitkan mata uang, kadang-kadang didukung oleh cadangan fiktif.

Keanekaragaman mata uang dan instrumen keuangan tersebut mirip dengan situasi pasar altcoin saat ini. Ada ribuan altcoin yang tersedia di pasar, masing-masing mengklaim melayani tujuan dan pasar yang berbeda.

Keadaan pasar altcoin saat ini menunjukkan bahwa kemungkinan besar tidak akan terjadi konsolidasi ke dalam satu mata uang kripto tunggal.

Meski demikian, diperkirakan bahwa sebagian besar dari ribuan altcoin yang ada di pasar kripto kemungkinan tidak akan bertahan lama.

Pasar altcoin mungkin akan terkonsentrasi pada beberapa altcoin saja—yang memiliki utilitas kuat, kasus penggunaan yang jelas, serta tujuan blockchain yang solid—yang pada akhirnya akan mendominasi pasar.

Bagaimana Cara Kerja Altcoin?

Altcoin bekerja dengan cara yang serupa dengan Bitcoin dan Ethereum dalam hal teknologi blockchain, tetapi dengan beberapa perbedaan signifikan yang memberinya karakteristik dan kegunaan unik.

Salah satu konsep penting dalam dunia altcoin adalah fork, yang merupakan proses ketika pengembang memutuskan untuk membuat cabang dari blockchain yang sudah ada.

Hal itu terjadi karena adanya perubahan protokol atau ketidaksepakatan di antara komunitas pengembang. Fork ini dapat menghasilkan altcoin baru yang menggunakan modifikasi dari blockchain aslinya.

Adapun yang lain melakukan fork atau dikembangkan dari nol, dengan tujuan menciptakan blockchain dan token yang menarik bagi industri atau kelompok tertentu.

Misalnya upaya Ripple yang menggunakan XRP Ledger dan XRP untuk menarik industri perbankan dengan sistem pembayaran yang lebih cepat.

Beberapa altcoin menggunakan mekanisme konsensus yang berbeda untuk memvalidasi transaksi, membuka blok baru, atau berusaha membedakan diri dari Bitcoin dan Ethereum dengan menyediakan kemampuan atau tujuan baru yang lebih spesifik.

Sebagian besar altcoin dirancang dan diluncurkan oleh pengembang dengan visi atau kegunaan yang berbeda untuk token atau aset kripto mereka.